Pengalaman Selama Program Apresiasi Pemenang Lomba Pidato 2018
(Oleh: Leon Woltermann)
Saya seorang mahasiswa Jerman yang sedang belajar Bahasa Indonesia di Universitas Hamburg. Pada saat ini saya baru menyelesaikan semester kedua.
Sekitar empat bulan yang lalu, yaitu bulan Mei 2018, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Berlin mengadakan Lomba Pidato dan Lomba Bercerita dalam Bahasa Indonesia untuk para penutur asing.
Saya adalah salah satu pemenang babak pertama di Berlin tersebut. Oleh karena itu, kemudian pada bulan Agustus saya diundang ke Jakarta untuk mengikuti babak final.
Pada tanggal 13 Agustus 2018 saya berangkat dari Hamburg, karena program Apresiasi Pemenang Lomba Pidato di Jakarta dimulai keesokan harinya, tanggal 14 Agustus.
Pada malam pertama di Jakarta, semua peserta lomba mengikuti acara makan malam bersama dan saling memperkenalkan diri satu sama lain.
Hari berikutnya kami mengikuti tes UKBI (Uji Kemahiran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing). Untuk tes UKBI tersebut saya berada di peringkat kesembilan dari keseluruhan 34 peserta.
Kemudian sebanyak 12 peserta dengan nilai tertinggi dipilih untuk berpartisipasi di dalam Lomba Debat.
Dalam Lomba Debat saya mampu mencapai babak semi final. Topiknya bagi saya terasa cukup sulit. Yaitu: “Di Era Globalisasi Setiap Warga Negara Diwajibkan Menguasai Minimal Satu Bahasa Asing”. Selama berdebat, saya harus berada di dalam kelompok penentang (artinya, kelompok yang tidak setuju).
Kemudian, setelah Lomba Debat selesai, enam peserta dipilih oleh tim juri untuk bercerita dan berpidato di depan Ibu-Ibu dan Bapak-Bapak Kemendikbud (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan). Saya adalah salah satu pesertanya.
Pada malam harinya semua peserta diundang makan malam bersama di Museum Nasional. Sebelum acara makan dimulai, tim juri memberikan penghargaan kepada para pemenang. Saya menjadi juara pertama Lomba Pidato babak final itu dan mendapatkan medali serta sertifikat.
Hari berikutnya kami melakukan jalan-jalan dan mengunjungi Kampung Betawi, sebuah tempat yang merepresentasikan budaya Betawi. Di sana kami juga belajar cara membuat kue Kembang Goyang atau Batik Betawi. Pada sore harinya kami mengunjungi Gereja Katedral dan Mesjid Istiqlal.
Hari Jumat bertepatan dengan hari 17 Agustus, yaitu hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Kami wajib bangun pagi, karena harus berangkat ke Taman Mini pagi-pagi. Setelah jalan-jalan di sana dan belajar tentang budaya-budaya seluruh Indonesia, kami mengganti baju. Semua peserta membawa baju yang formal, karena pada hari itu kami diundang ke Istana Negara untuk merayakan Hari Kemerdekaan RI ke-73 dan mengikuti Upacara Penurunan Bendera Merah Putih.
Saya merasa sangat terhormat bisa mengikuti upacara penurunan bendera itu dan menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama Pak Jokowi, Presiden Republik Indonesia.
Setelah semua kegiatan di Jakarta selesai, kami berangkat ke kota Padang, Sumatera Barat. Selama di Padang kami mencicipi masakan Padang yang sangat terkenal di seluruh dunia dan mengunjungi tempat-tempat bersejarah, seperti: Istana Pagaruyung di Padang Panjang dan Lubang Jepang di Bukittinggi.
Setelah seminggu mengikuti kegiatan-kegiatan bersama, kami semua sudah menjadi teman baik. Sesampainya di Jakarta kami harus berpisah. Suasana pun menjadi melankolis, karena semua akan merindukan satu sama lain. Tetapi kami juga sangat menikmati waktu kebersamaan kami.
Akhir kata, saya merasa bersyukur bisa mengikuti program ini, karena saya bisa memperdalam pelajaran saya tentang Indonesia. Juga bisa mendapatkan banyak teman dari seluruh dunia yang juga sama-sama berbagi cinta kepada Indonesia.
Saya sangat berterima kasih kepada Ibu-Ibu, Bapak-Bapak, Mbak-Mbak, dan Mas-Mas di Kemendikbud yang telah memungkinkan penyelenggaraan program ini dan membantu kami selama di Indonesia.
Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada guru Bahasa Indonesia saya, Ibu Yanti Mirdayanti di Universitas Hamburg dan teman-teman lainnya yang selalu mendukung proses pembelajaran saya.
Sebelum saya mengakhiri tulisan ini, saya ingin menyampaikan sebuah moto yang sering digunakan selama program kami, yaitu: “Cintaku Pada Indonesia Seluas Samudra”
** Keterangan foto-foto:
- Tarian Minangkabau
- Indonesian Art Institute of Padang Panjang
- Pemberian Penghargaan di Museum Nasional
- Rumah Gadang – Rumah Tradisional Minangkabau
- Panorama Bukittinggi
- Mesjid Istiqlal – Jakarta
- Bendera Jerman dan Bendera Bukittinggi (mirip!!!)
- Makan Bajamba – Upacara Minangkabau
(Artikel ditulis saat penulis berada di Pontianak/Indonesia, 3 September 2018)
** Foto-foto adalah koleksi penulis pribadi.
Image may contain: one or more people, people standing and hat