Laporan Lengkap: Diskusi Panel, Sabtu, 30 Juli 2018
(Oleh: Yudi Ardianto)
Panel diskusi sehari pada hari Sabtu, 30 Juli 2018, berlangsung dengan lancar. Terselenggara atas kerjasama antara IASI dan AAI-Universität Hamburg, dengan menyajikan dua tema, yaitu: 1) Kerukunan beragama dalam masyarakat multikultur dan 2) „Peluang diaspora Indonesia berkontribusi terhadap pembangunan Indonesia melaluai program SES“.
Sesi pagi atau sesi pertama, berlangsung pagi sampai siang hari.
Pertama, acara dibuka oleh pembawa acara, Yanti Mirdayanti, yang juga merupakan Ketua-II IASI dan dosen tetap di Universitas Hamburg.
Kemudian dilanjutkan dengan kata pembuka oleh Ketua-1 IASI, Yudi Ardianto.
Selanjutnya, Kepala Bidang Studi Indonesia/Melayu (Austronesistik), Prof. Jan van der Putten, memberi sambutan pembuka. Ditekankannya bahwa topik diskusi ini sangat relevan saat ini, baik dalam konteks global maupun nasional, di negara Jerman maupun Indonesia.
Pada sesi pertama ini, Dr. Bambang Susanto selaku Konsul Jenderal Republik Indonesia di Hamburg juga berkenan memberi sambutannya. Diungkapkannya tentang kegembiraannya dengan banyaknya kegiatan masyarakat Indonesia di Hamburg dan sekitarnya.
Tepat jam 11.30 memasuki acara inti, yaitu paparan dari tiga pembicara yang masing-masing disampaikan selama 20 menit.
Pembicara pertama adalah Prof. Dr. Margaretha Liwoso dari Universitas Sam Ratulangi. Dipaparkannya tentang peran dan pengaruh media sosial dalam kerukunan beragama di Sulawesi Utara. Salah satu kearifan lokal dari masyarakat Manado adalah memandang dan menerima perbedaan-perbedaan dalam masyarakat sebagai sesuatu yang alami. Hal ini terlihat dengan moto kota Manado: “Torang samua basudara kong baku-baku sayang” (Kita semua adalah saudara). Warga kota Manado terdiri dari 67% umat Kristen/Katolik, 31% umat Islam, dan sisanya agama-agama lain. Di antara mereka terdapat tradisi hidup yang sangat rukun satu sama lain dan tradisi bekerja sama (gotong royong) yang kuat. Kota Manado pun termasuk salah satu dari 10 kota di Indonesia yang menyandang predikat sebagai “Kota Toleransi”.
Selanjutnya, tampil Mu’ammar Zayn Qadafy sebagai pembicara yang mewakili organisasi Nahdlatul Ulama di Jerman. Master lulusan UIN Jogyakarta yang saat ini sedang menjalani program Doktor di Albert-Ludwig University Freiburg ini menyoroti dua cara pendekatan pemahaman kitab suci, yaitu pendekatan kontekstual dan tekstual dalam rangka menggali pemahaman Islam tentang dukungannya terhadap toleransi beragama di antara umat manusia di seluruh dunia. Presentasi ditutup dengan kesimpulan bahwa Indonesia adalah rumah untuk semua, tanpa ada yang terpinggirkan.
Pembicara ketiga, Pdt. Dr. R.A.D. Siwu, MA, Ph.D, dalam presentasinya menyoroti kerukunan umat beragama pada masyarakat majemuk di Minahasa. Dr. Siwu yang merupakan Ketua Presidium BKSAU (Badan Kerja Sama Antar Umat Beragama) di Sulawesi Utara dan juga Rektor Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT) ini menggarisbawahi beberapa hal penting yang akan menjamin terjadinya kerukuman umat beragama dalam masyarakat yang multikultural.
Sesi pertama/sesi pagi ditutup dengan acara tanya jawab dengan para hadirin. Forum bersepakat bahwa pada intinya Indonesia bisa menjadi contoh dalam hal kerukunan umat beragama dan meyakini hal ini bisa sebagai perekat persatuan bangsa.
Sebelum sesi kedua pada sore hari dimulai, ada sesi istirahat dan makan siang selama 45 menit. Dalam kesempatan ini, para peserta, pembicara dan para tamu undangan berkesempatan untuk bisa saling berbincang satu sama lain sambil mencicipi jajanan khas Indonesia.
Tepat pukul 14:30 sesi kedua/sesi sore dimulai.
Prof. Jan van der Putten kembali menyampaikan sambutannya dengan menyentuh tema kerja sama Jerman-Indonesia dan pentingnya diaspora Indonesia untuk terlibat aktif dalam pembangunan negara Indonesia. Lembaga SES (Senior Experts Service), lembaga nirlaba Jerman yang bernaung di bawah BMZ (Bundes Ministerium für Wirschaftliche Zusammenarbeit und Entwicklun/ Kementrian Pembangunan dan Kerjasama Ekonomi) bisa menjembatani hal tersebut.
Duta besar Indonesia untuk Jerman Dr. Arif Havas Oegroseno dalam sambutan pembukaannya menyampaikan aparan perkembangan ekonomi Indonesia saat ini yang sangat positif. Namun diakuinya pula bahwa tenaga-tenaga ahli di berbagai bidang kejuruan khusus yang siap pakai di industri-industri di Indonesia jumlahnya masih kurang. Oleh karena itu, kerjasama bilateral Jerman-Indonesia dalam bidang pendidikan kejuruan menjadi prioritas utama.
Pada sesi sore/sesi kedua ini juga dihadirkan 3 pembicara.
Pembicara pertama, Adam Pamma, selaku perwakilan SES di Indonesia, memaparkan kegiatan-kegiatan SES sejak tahun 2014 sampai saat ini. Jumlah tenaga ahli Jerman yang dikirim ke Indonesia terus meningkat. Dari tahun 2014 sampai dengan 2017 sudah ada 178 orang. Untuk tahun 2018 ini yang sudah berjalan ditambah dengan yang sedang dalam persiapan mencapai sekitar 200 senior experts. Bidang-bidang keahlian itu meliputi pelatihan guru di bidang design kapal, pembuatan roti dan kue kering khas Jerman, produksi jendela standar Jerman (kaca berlapis dan kedap suara), otomotif, pengembangan kurikulum bidang pariswisata dan perhotelan, peternakan dan pendidikan sistem ganda (dual system). Khusus untuk bidang pendidikan kejuruan, pada tahun 2014 telah ada kesepakatan antara pemerintah RI dengan SES untuk menyiapkan 600 tenaga ahli di bidang kejuruan. Sampai saat ini SES sudah menyiapkan sejumlah tenaga ahli itu, tetapi realisasi dari program ini masih terhambat birokrasi. Pihak KBRI sebagai wakil pemerintah Indonesia di Jerman diharapkan bisa mendorong pelaksanaan program ini mengingat bidang pendidikan kejuruan adalah salah satu tema yang disepakati dari pertemuan bilateral Indonesia-Jerman 2016 lalu. Laporan khusus mengenai program nyata pendidikan kejuruan / vokasi antara Jerman dan Indonesia yang sudah berjalan bisa dilihat dalam artikel lain di website IASI:
http://iasi-germany.de/blog/2018/03/30/laporan-ses-jerman-tentang-program-nyata-kerjasama-pendidikan-vokasi-antara-indonesia-dan-jerman-sejak-2016-sampai-2018/
Dalam kesempatan ini Adam Pamma juga menyampaikan kegiatan kerjasama yang sangat baik antara SES dengan 17 UIN (Universitas Islam Negeri) yang tersebar di seluruh Indonesia. Ada sedikit cerita menarik, di awal program, yaitu adanya keengganan dari tenaga ahli Jerman untuk dikirim ke UIN mengingat ini adalah institusi pendidikan agama. Mereka khawatir kedua belah pihak akan susah beradaptasi. Tetapi seiring degan berjalannya waktu, para tenaga ahli Jerman ini menyampaikan feedback bahwa civitas akademika di lingkungan UIN sangat ramah dan berpikiran terbuka. “Mahasiswi perempuan pun tidak sungkan meminta untuk berswafoto (selfie) dengan kami”, ujar salah satu tenaga ahli. Pada akhir presentasinya Adam Pamma menyampaikan program baru dari SES yang diluncurkan sejak Januari 2017 yang bernama “weltdienst 30+”. Program baru ini diperuntukkan bagi para profesional yang masih aktif bekerja. Tentunya ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Info lebih lengkap bisa dilihat di https://www.ses-bonn.de/en/startseite.html).
Penyaji kedua, Prof. Dr.-Ing. Hendro Wicaksono dari Jacob University – Bremen, berbagi pengalamannya saat mengikuti program SES di Indonesia. Hendro Wicaksono adalah salah satu pionir program “Welt dienst 30+” yang pada Desember 2017 lalu mengunjungi UIN Sunan Kalijaga – Jogyakarta dan ikut berkontribusi dalam mengembangkan kurikulum di Fakultas Sains dan Teknologi UIN. Pesan penting dalam salah satu slidenya adalah berupa sebuah kutipan yang menekankan moto ”Be Part of the Solution!” Jadilah bagian dari pencari solusi!).
Paparan terakhir disampaikan oleh Prof. emiritus Friedhelm Eicker, seorang ahli yang banyak berkecimpung dalam pengembangan kurikulum sekolah kejuruan. Profesor yang dahulu mengajar di universitas Rockstock ini menyampaikan pengalamannya selama mengikuti program SES di SMK Tunas Harapan kota Pati, Jawa Tengah. Pesan penting dari Prof. Eicker adalah bahwa program pelatihan guru-guru SMK dan juga pengembangan kurikulum modern harus direncanakan secara berkelanjutan. Program TTT (Training The Trainer) harus digalakkan. Selain itu, belajar dari pengalaman proyek yang sama di negara-negara Sub-Sahara Afrika dan China, network atau jaringan antar SMK-SMK di seluruh Indonesia harus dikembangkan sehingga masing-masing SMK bisa saling berbagi pengalaman dan kompetensi.
Di penghujung acara sesi kedua, sebelum memasuki sesi tanya jawab, ada kejutan dari panitia yaitu tampilnya dua mahasiswa Jerman, Leon dan Alard, yang menyanyikan satu lagu berbahasa Indonesia dengan cukup fasih. Kabarnya mereka ini baru belajar bahasa Indonesia dua semester. Leon baru saja memenangkan lomba pidato berbahasa Indonesia di KBRI Berlin dan diundang untuk hadir dalam acara kenegaraan peringatan Hari Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 2018 di Istana Negara, Jakarta.
Sebelum keseluruhan acara ditutup oleh pembawa acara, dilakukan penyerahan buku tentang program kegiatan-kegiatan SES di 17 UIN Indonesia. Serah terima disampaikan oleh Adam Pamma (SES) kepada Dubes RI untuk Jerman.
Sesuai dengan program yang telah direncanakan, acara diskusi panel sehari ini ditutup tepat jam 17.00, setelah sesi akhir tanya jawab dan kemudian dilanjutkan dengan sesi berfoto bersama.
(Editor: Yanti Mirdayanti / Ketua II – IASI / Divisi Pendidikan)